Mulai Frustasi, Keluarga Ajukan Suntik Mati Bagi Hamida

Mulai Frustasi, Keluarga Ajukan Suntik Mati Bagi Hamida

Kecoaterbang.com -  Sebuah cerita menyedihkan datang dari Kalimantan Timur, tepatnya dari seorang pasien Rumah Sakit Umum Daerah Panglima Sebaya, Tana Grogot bernama Hamida. Ia telah mengalami koma yang begitu lama, yakni sudah hampir 5 tahun. Sejak awal mengalami koma, sampai saat ini Hamida hanya terbaring ditempat tidurnya. Tatapan kosong matanya sesekali diisi dengan kedipan mata.

Peristiwa yang menimpa Hamida berawal pada tahun 2011. Saat itu ia sedang selesai  melahirkan anaknya. Merasa telah cukup dengan apa yang dimiliki, Hamida bermaksud melakukan KB Steril dengan cara operasi. Setelah operasi selesai dilaksanakan, tanpa diduga kejadian yang tidak diharapkan terjadi, Hamida mengalami kejang-kejang dan disusul dengan tidak sadarkan diri. Sampai akhirnya keluarga mendapat kepastian dari Dokter bahwa Hamidah mengalami koma.

Dengan kondisi koma, Hamida mendapat asupan makanan berbentuk cairan yang dimasukkan ke lambungnya melalui saluran hidung. Ini jalan satu-satunya yang dapat ditempuh agar dapat terus bertahan hidup. Karena makanan yang dikonsumsi berbentuk cairan, perlu takaran lebih banyak dari biasanya. Hamidah perlu makanan berbentuk cair sebanyak 7 mangkok setiap hari.

Hamida beberapa kali sempat di rawat dirumah sakit yang berbeda di Balikpapan. Para Dokter spesialis telah diterjunkan, namun keadaan Hamida tidak kunjung membaik. Ia masih terbaring tanpa memberikan respon selain kedipan mata. Para Dokter yang menanganinya pun telah pasrah kepada keluarga dan angkat tangan.

Pihak keluarga, lebih-lebih suami Hamida, Ahmad Mutholib sudah semaksimal mungkin mencari pengobatan untuk kesembuhan istrinya. Setiap hari tidak kurang perhatian Mutholib kepada istrinya meskipun memang sampai saat ini belum ada perubahan yang dialami. Memandikan dan mengganti popok tidak lupa selalu ia kerjakan. Anaknya yang masih belum tau apa-apa dengan terpaksa di asuh oleh saudaranya. Sekalipun pihak keluarga telah mendapat bantuan lewat surat keterangan tidak mampu, namun Mutholib tetap mengeluarkan biaya sendiri sebesar 1 juta tiap bulan untuk perawatan Hamida.

Sebenarnya anak pertama Hamida telah mencoba mencari keadilan dengan menuntut pihak rumah sakit yang diduga melakukan malpraktek pada ibunya. Ia meminta bantuan dari LBH Sikap, Ebin Marwi. Untuk mendapatkan kepastian, ia sampai harus ke Yogyakarta untuk menemui Pengurus Pusat Muhammadiyah. Usahanya yang sudah maksimal ternyata belum juga membuahkan hasil bagi kesembuhan ibunya. Saat ini keluarga sudah merasa frustasi karena Hamida tidak mengalami penyembuhan.

Oleh karenanya, pihak keluarga sepakat untuk melakukan eutanasia atau suntik mati kepada Hamida. Ini dilakukan setelah tidak ada kepastian juga dari negara mengenai kondisi Hamida. Bila terus berlanjut, pengajuan fatwa eutanasia akan menjadi pilihan terakhir.

Comments